Hakikat
dari Education For All (EFA) atau Pendidikan Untuk Semua (PUS) pada intinya
adalah mengupayakan agar setiap warga negara bisa mendapatkan haknya atas
layanan pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir
Effendy mengatakan, gerakan Education For All yang diusung PBB itu sejalan
dengan konsep Broad Based Education atau Pendidikan Berbasis Luas.
“Pendidikan
Berbasis Luas itu artinya pendidikan didesain sedemikian rupa sehingga siapapun
bisa mendapatkan kesempatan belajar,” ujar Mendikbud Muhadjir Effendy, saat
pembukaan Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari) 2016 di Kantor Kemendikbud,
Jakarta, Senin (1/8/2016).
Ia
mengatakan, negara tidak boleh membeda-bedakan atau menghambat kesempatan warga
negaranya dalam menikmati layanan pendidikan. Namun diakuinya, banyak faktor
yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan dalam pendidikan.
“Ada
tiga bentuk kesenjangan pendidikan, yaitu kesenjangan struktural, kesenjangan
kultural, dan kesenjangan spasial,” kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah
Malang itu.
Mendikbud
Muhadjir menuturkan, kesenjangan struktural merupakan kesenjangan pendidikan
yang disebabkan oleh struktur kekuasaan atau kebijakan penguasa, sehingga ada
masyarakat yang sangat mudah mengakses layanan pendidikan, dan ada yang sangat
sulit mengaksesnya. “Contohnya negara konflik. Siapapun yang berkuasa bisa
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada temannya,” tuturnya.
Kesenjangan
kultural, lanjutnya, disebabkan oleh nilai budaya, di mana masih ada masyarakat
tertentu yang menganggap pendidikan bukan hal yang penting, bahkan dianggap
merampas sumber tenaga kerja yang dimiliki suatu keluarga karena anaknya harus
membuang waktunya dengan bersekolah. Sedangkan kesenjangan spasial adalah
kesenjangan yang terjadi karena tempat atau geografi yang berbeda.
“Inilah
yang akan kita atasi. SMP Terbuka dan SMP Satu Atap adalah salah satu bentuk
upaya kita menghilangkan perbedaan akibat kesenjangan spasial,” ujar Mendikbud
Muhadjir Effendy.
Ia
mengatakan, anak-anak yang berada di kota bisa memiliki produktivitas lebih
baik dibandingkan anak-anak yang berada di daerah. Dengan adanya SMP Terbuka
atau SMP Satu Atap, diharapkan dapat menghilangkan jurang pemisah antara
anak-anak tersebut. Selain itu, pilihan lain berupa program pendidikan
kesetaraan seperti program Paket B juga dapat dimanfaatkan agar warga negara
bisa mendapatkan pendidikan yang setara SMP.
“Semakin
banyak pilihan akan semakin banyak peluang bagi anak-anak kita mendapatkan pendidikan,”
katanya.